Friday, January 21, 2011

Cerita Batik Jawa




















Setelah sekian waktu memikirkan tentang berbagai topik paling menarik tentang batik untuk dibahas di tahun 2009 ini, akhirnya kami memutuskan mengangkat sebuah cerita kuno yang membuat banyak pecinta batik penasaran akan kisah perjalanan batik satu ini di Indonesia.
Kali ini pihak management kami mengutip sebuah info dari "Batik Indonesia" tentang Cerita Batik Jawa Hokokai.
Setelah sekian lama mempelajari dan menelusuri tentang apakah batik Jawa Hokokai juga disebut batik Jawa kuno atau tidak, akhirnya kami dapat memberikan sebuah kesimpulan.
Batik Jawa Hokokai yang mulai dibuat pada tahun 1942 selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, tentu saja termasuk batik kuno jika kita pelajari dari tata bahasa. Namun, dalam menggolongkan jenis-jenis batik, maka dibuatlah sebuah perbedaan tentang batik Jawa kuno dan batik Jawa Hokokai.
Batik Jawa kuno ditetapkan sebagai batik dengan motif-motif asli Indonesia (Keraton) yang bukan saja dibuat pada jaman dahulu melainkan merupakan batik yang khusus digunakan oleh kalangan tertentu. Sebut saja salah satu motif batik tertua, kawung. Selain itu ada juga Sidomukti, Limaran, Parang, Gringsing, dan lain-lain.
Bagaimana dengan Batik Jawa Hokokai?
BATIK sangat cepat menyerap unsur-unsur baru yang berada di sekitar masyarakat, terutama batik-batik dari daerah pesisir. Batik Belanda menjadi istilah khusus untuk menggambarkan pengaruh orang-orang Belanda di Jawa. Ada batik dengan motif yang berasal dari cerita Si Runjung Merah (Little Riding Hood), ada motif rangkaian bunga yang diikat pita dan disebut sebagai motif buketan dari asal kata bouquet. Motif burung hong, singa, merak, adalah beberapa yang menunjukkan pengaruh Cina.
Ketika Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942-1945 sebagai bagian dari kampanye penaklukan Asia Timur Raya, pengaruh Jepang juga terasa pada batik-batik di pesisir utara Jawa Tengah. Pada masa itu, dilahirkan batik-batik tulis yang disebut sebagai batik Jawa Hokokai. Nama ini mengikuti nama organisasi propaganda Jepang yang mengindoktrinasi semua yang berusia di atas 14 tahun tentang konsep Asia Timur Raya. Mungkin karena periode pendudukannya yang singkat serta kekejaman Jepang yang luar biasa selama 3,5 tahun masa penjajahan itu, maka sedikit saja informasi yang tersedia tentang batik Jawa Hokokai. Juga belum ada tulisan yang khusus membahas batik dari periode ini.
Batik-batik dari era 1942-1945 yang sering disebut sebagai batik Jawa Hokokai ini dipamerkan di Gedung Arsip Nasional pada tanggal 13 September - 24 September 2000 dari pukul 09.00-16.30, termasuk Minggu. “Pada hari Kamis (21/9) malam ada presentasi batik Jawa Hokokai dari Iwan Tirta di Gedung Arsip, sebaiknya yang berminat memesan tempat lebih dulu karena tempatnya terbatas,” kata Tamalia Alisjahbana, Direktur Eksekutif Yayasan Gedung Arsip Nasional.