Pada umumnya band-band yang sering tampil di cafe-cafe baik yang berada di daerah apalagi yang di ibu kota, hampir selalu identik dengan semangat-semangat, idiom-idiom, dan nilai-nilai yang sangat modern dan bahkan cenderung mengarah ke pegadopsian nilai-nilai budaya barat, baik ketika sedang berada di atas pentas maupun dalam kehidupan keseharian mereka.
Namun tidak demikian halnya dengan Stars Indonesia Band, sebuah band berdiri semenjak tahun 2003 di Jakarta ini memiliki konsep dan cara pandang lain terhadap penampilan yang mereka bawakan ketika sedang berada di atas panggung.
Bayangkan saja, ketika band-band lain banyak yang sekuat tenaga mencoba meniru dan mengimitasi habis-habisan penampilan serta cara berpakaian para musisi manca negara, band yang beranggotakan delapan orang ini mengusung semangat etnik dan lokal Indonesia dalam setiap penampilan mereka, baik di atas panggung maupun di luar panggung.
Menurut salah satu anggota band ini, Rudy Prima, keinginan untuk mengusung hal-hal yang berbau etnik dan lokal ini sudah muncul sejak band ini masih berusia muda. Dengan penampilan yang demikian, ketika mereka sedang pentas di Bali, ternyata banyak mengundang kekaguman dari para wisatawan manca negara. Hal inilah yang semakin membulatkan tekad para anggota band ini untuk selalu mengusung hal-hal yang berbau lokal Indonesia, baik dari sisi pakaian dan penampilan –yang diwakili dengan batik–, serta dari suguhan warna dan aransemen musik yang dimainkan.
Melihat hal ini maka Yayasan Batik Indonesia di bawah pimpinan KRT Daud Harjo Hadikusumo mengapresiasi semangat dan idealisme mereka dengan menunjuk band ini sebagai Duta Batik Indonesia 2007.
Menurut salah seorang vokalis band ini, Echa Sikado, penunjukkan ini disikapi tidak hanya dengan selalu menggunakan batik di setiap penampilan mereka dan juga mengajak para penonton yang menikmati setiap pertunjukkan mereka untuk bangga memakai batik, dan menekankan bahwasanya batik itu bukan hanya pakaian untuk orang-orang tua, namun juga cocok dan sesuai dipakai oleh kawula muda.
Untuk itu, band yang sering menampilkan aksi-aksi teatrikal dalam penampilannya ini, tidak segan-segan untuk memahami dan memelajari segala sesuatu yang berkenaan dengan batik, baik motif, cara pembuatan, hingga sejarah batik di setiap daerah.
Ditambahkan lagi oleh Pasha van Krab, pemain drum di band ini, adalah hal yang menguntungkan bagi mereka menjadi sebuah band cafe, karena minimal selama dua bulan mereka tinggal dan berinteraksi lebih intens dengan lingkungan sosial di suatu daerah tempat mereka bermain
Dengan keadaan seperti ini, idealisme mereka untuk semakin memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya batik di kota tempat mereka sementara tinggal dapat berjalan dengan baik. Idealisme band yang juga pernah ditunjuk sebagai official band untuk Visit Indonesia Year 2008 ini bukannya tanpa kendala, sebab pada awal mereka mengusung batik sebagai kostum pementasan, tidak sedikit yang menyindir dan mengejek mereka, sebagai sekelompok orang yang mau berangkat kondangan, bukan sekelompok pemuda yang akan tampil sebagai sebuah band.
Namun demikian, band yang beranggotakan Rudy Prima (vokalis), Ronny Laudy (vokalis), Echa Sikado (vokalis), Dewi (vokalis), Nexy (gitar), Ronny Bom-bom (keyboard), Nathan (bass), Pasha van Krab (drum), Jefta Paramarta (band koordinator), dan Redy (roadist) ini, pantang menyerah dan terus melangkah mewujudkan idealisme mereka. Sukses selalu untuk Stars Indonesia Band dan Batik Indonesia!